Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nikmati Hidup Bebas dari Kecemasan


 


Nikmati Hidup Bebas dari Kecemasan

 

Merasa cemas itu wajar, namun ketika kecemasan menguasai hidup kita, tentu saja sangat mengganggu. Keinginan untuk menikmati hidup dengan tenang dan bahagia menjadi sulit.

Apa itu Kecemasan?

Kecemasan adalah respons alami tubuh terhadap stres. Namun, ketika kecemasan menjadi berlebihan dan terus-menerus, bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.

 

Definisi kecemasan menurut para ahli

KECEMASAN (ANXIETY)

Istilah kecemasan dalam Bahasa Inggris yaitu anxiety yang berasal dari Bahasa Latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik (Trismiati, dalam Yuke Wahyu Widosari, 2010: 16). Selanjutnya Steven Schwartz, S (2000: 139) mengemukakan “anxiety is a negative emotional state marked by foreboding and somatic signs of tension, such as racing heartt, sweating, and often, difficulty breathing, (anxiety comes from the Latin word anxius, which means constriction or strangulation). Anxiety is similar to fear but with a less specific focus. Whereas fear is usually a response to some immediate threat, anxiety is characterized by apprehension about unpredictable dangers that lie in the future”. Steven Schwartz, S (2000: 139) mengemukakan kecemasan berasal dari kata Latin anxius, yang berarti penyempitan atau pencekikan. Kecemasan mirip dengan rasa takut tapi dengan fokus kurang spesifik, sedangkan ketakutan biasanya respon terhadap beberapa ancaman langsung, sedangkan kecemasan ditandai oleh kekhawatiran tentang bahaya tidak terduga yang terletak di masa depan. Kecemasan merupakan keadaan emosional negatif yang ditandai dengan adanya firasat dan somatik ketegangan, seperti hati berdetak kencang, berkeringat, kesulitan bernapas. Syamsu Yusuf (2009: 43) mengemukakan anxiety (cemas) merupakan ketidakberdayaan neurotik, rasa tidak aman, tidak matang, dan kekurangmampuan dalam menghadapi tuntutan realitas (lingkungan), kesulitan dan tekanan kehidupan sehari-hari. Dikuatkan oleh Kartini Kartono (1989: 120) bahwa cemas adalah bentuk ketidakberanian ditambah kerisauan terhadap hal-hal yang tidak jelas. Senada dengan itu, Sarlito Wirawan Sarwono (2012: 251) menjelaskan kecemasan merupakan takut yang tidak jelas objeknya dan tidak jelas pula alasannya. Definisi yang paling menekankan mengenai kecemasan dipaparkan juga oleh Jeffrey S. Nevid, dkk (2005: 163) “kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi”. Senada dengan pendapat sebelumnya, Gail W. Stuart (2006: 144) memaparkan “ansietas/ kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya”. Dari berbagai pengertian kecemasana (anxiety) yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah kondisi emosi dengan timbulnya rasa tidak nyaman pada diri seseorang, dan merupakan pengalaman yang samar-samar disertai dengan perasaan yang tidak berdaya serta tidak menentu yang disebabkan oleh suatu hal yang belum jelas.

 

Mengapa Kita Merasa Cemas?

Banyak faktor yang bisa memicu kecemasan, seperti:

  • Pekerjaan: Beban kerja yang terlalu berat, tenggat waktu yang mendesak, atau ketidakpastian di tempat kerja.
  • Hubungan: Masalah dalam hubungan pribadi, keluarga, atau pertemanan.
  • Kesehatan: Penyakit fisik, kekhawatiran akan kesehatan, atau perubahan gaya hidup.
  • Keuangan: Masalah keuangan, utang, atau ketidakpastian ekonomi.
  • Kehidupan sehari-hari: Kemacetan lalu lintas, kerumunan orang, atau situasi yang tidak terduga.

 

Sumber Kecemasan Manusia

Sumber kecemasan manusia sangat bervariasi, dan seringkali melibatkan kombinasi dari berbagai faktor. Berikut adalah beberapa sumber umum kecemasan yang sering dialami oleh banyak orang:

1. Tekanan dan Tuntutan Sosial

  • Ekspektasi Sosial: Kecemasan sering muncul dari tekanan untuk memenuhi ekspektasi sosial, seperti standar kecantikan, kesuksesan, atau status sosial.
  • Perbandingan Sosial: Membandingkan diri dengan orang lain di media sosial atau di lingkungan sekitar dapat menyebabkan perasaan tidak cukup baik.

2. Stres di Tempat Kerja

  • Tanggung Jawab Kerja: Beban kerja yang berat, tenggat waktu yang ketat, atau konflik di tempat kerja bisa menambah stres.
  • Ketidakpastian Pekerjaan: Kecemasan tentang keamanan pekerjaan atau masa depan karir juga dapat menimbulkan kekhawatiran.

3. Masalah Keuangan

  • Utang dan Tagihan: Masalah terkait keuangan, seperti utang atau kesulitan membayar tagihan, dapat menjadi sumber kecemasan yang signifikan.
  • Kekhawatiran Masa Depan: Ketidakpastian tentang masa depan finansial, pensiun, atau keamanan ekonomi juga sering menjadi penyebab kecemasan.

4. Masalah Kesehatan

  • Kesehatan Fisik: Kekhawatiran tentang penyakit, gejala kesehatan yang tidak jelas, atau kondisi kesehatan kronis dapat menyebabkan kecemasan.
  • Kesehatan Mental: Gangguan mental seperti gangguan kecemasan, depresi, atau gangguan stres pasca-trauma juga bisa menjadi sumber kecemasan.

5. Hubungan Interpersonal

  • Konflik dalam Hubungan: Masalah dalam hubungan pribadi, seperti konflik dengan pasangan, keluarga, atau teman, dapat menambah kecemasan.
  • Isolasi Sosial: Rasa kesepian atau kurangnya dukungan sosial juga dapat menyebabkan kecemasan.

6. Perubahan dan Ketidakpastian

  • Perubahan Besar dalam Hidup: Perubahan signifikan seperti pindah rumah, perubahan pekerjaan, atau kehilangan orang yang dicintai dapat memicu kecemasan.
  • Ketidakpastian Masa Depan: Kecemasan sering muncul dari ketidakpastian tentang masa depan, seperti perubahan dalam kehidupan pribadi atau global.

7. Trauma atau Pengalaman Masa Lalu

  • Pengalaman Traumatis: Pengalaman traumatis dari masa lalu, seperti kekerasan atau kehilangan, bisa terus mempengaruhi kesehatan mental dan menyebabkan kecemasan.

8. Polarisasi dan Ketidakadilan Sosial

  • Isu Sosial dan Politik: Ketidakadilan sosial, konflik politik, atau isu-isu global seperti perubahan iklim dapat menyebabkan perasaan cemas tentang masa depan.

9. Genetik dan Biologis

  • Keturunan: Faktor genetik dapat memainkan peran dalam predisposisi seseorang terhadap gangguan kecemasan.
  • Kimia Otak: Ketidakseimbangan neurotransmiter di otak juga dapat mempengaruhi kecemasan.

10. Gaya Hidup dan Kebiasaan

  • Kebiasaan Tidak Sehat: Kurangnya olahraga, pola makan yang buruk, atau kebiasaan tidur yang tidak teratur dapat memperburuk kecemasan.

 Sobat Hypno mengidentifikasi sumber kecemasan adalah langkah penting dalam mengelola dan mengatasi perasaan tersebut. Terkadang, kombinasi dari beberapa faktor ini bisa berperan dalam kecemasan seseorang, jadi penting untuk mempertimbangkan berbagai aspek dari kehidupan dan kesehatan mental ketika mencari solusi.

 

Cara Mengatasi Kecemasan

Berikut beberapa tips yang bisa Anda coba untuk mengurangi kecemasan:

  • Kenali Pemicu Kecemasan: Coba identifikasi hal-hal apa saja yang membuat Anda merasa cemas. Dengan mengetahui pemicunya, Anda bisa mencari cara untuk menghadapinya.
  • Latihan Relaksasi: Teknik relaksasi seperti pernapasan dalam, meditasi, atau yoga dapat membantu menenangkan pikiran dan tubuh.
  • Olahraga: Olahraga secara teratur dapat membantu mengurangi hormon stres dan meningkatkan suasana hati.
  • Cukup Istirahat: Pastikan Anda mendapatkan tidur yang cukup. Kurang tidur dapat memperburuk kecemasan.
  • Makan Sehat: Makanan sehat dapat memberikan energi yang dibutuhkan tubuh dan membantu menjaga kesehatan mental.
  • Berolahraga: Aktivitas fisik dapat membantu mengurangi hormon stres dan meningkatkan suasana hati.
  • Berbicara dengan Orang Terpercaya: Berbagi perasaan dengan orang yang Anda percayai dapat membantu meringankan beban pikiran.
  • Terapi: Jika kecemasan Anda sangat mengganggu, terapi dapat menjadi pilihan yang baik. Terapis dapat membantu Anda mengembangkan strategi mengatasi kecemasan yang lebih efektif.

Menikmati Hidup

Setelah berhasil mengurangi kecemasan, Anda bisa mulai menikmati hidup dengan lebih baik. Beberapa hal yang bisa Anda lakukan adalah:

  • Habiskan waktu dengan orang yang Anda cintai: Berkumpul dengan orang-orang terdekat dapat memberikan dukungan dan kebahagiaan.
  • Coba hal-hal baru: Mencoba hal-hal baru dapat membantu Anda keluar dari zona nyaman dan memberikan pengalaman yang menyenangkan.
  • Nikmati alam: Berada di alam dapat membantu menenangkan pikiran dan mengurangi stres.
  • Berdzikir dan berdoa: Bagi yang beragama, berdzikir dan berdoa dapat memberikan ketenangan batin.

 

Memahami definisi Kebebasan Batin.

 



Apa sesungguhnya arti kebebasan? Tentu, ada beragam upaya untuk menjawab pertanyaan ini. Ada beragam bentuk, mulai dari kebebasan politik, kebebasan ekonomi, kebebasan budaya, dan sebagainya. Namun, semua paham kebebasan itu berpijak pada kebebasan lainnya yang amat mendasar, yakni kebebasan batin. Kebebasan batin adalah kebebasan paling tinggi yang bisa dicapai oleh manusia, dan menjadi dasar bagi kebebasan-kebebasan lainnya.

Namun, apa arti dari kebebasan batin? Belajar dari Anthony de Mello di dalam bukunya yang berjudul Awareness, A de Mello Spirituality Conference in His Own Words, kebebasan batin dapat dipahami sebagai kebebasan dari keterkondisian batin, atau kebebasan dari “program-program” batin kita. (De Mello, 1990) Sedari kecil, kita diajar bagaimana cara berpikir, cara merasa, dan cara bertindak. Kita menelan semua itu, tanpa sikap kritis, dan kini menjadi bagian dari diri kita.

Semua “program” ini lalu menjadi pola hidup kita. Ketika kita mendapat masalah, kita lalu merasa, berpikir dan bertindak sesuai dengan “program” yang kita punya. Ketika kita mengalami hal baik, kita pun merasa, berpikir dan bertindak sesuai dengan “program” tersebut. Bahkan, pemahaman kita tentang apa itu “masalah” dan apa yang merupakan “berkah” juga ditentukan oleh “program” yang kita terima dari masyarakat kita, dan kita telan mentah-mentah begitu saja. Kita pun melihat dunia tidak dengan apa adanya dunia itu, tetapi dengan “program” yang kita punya.

Segala bentuk perasaan, seperti sedih, senang, marah, dan sebagainya, adalah “program” hasil dari bentukan masyarakat kita. Misalnya, ketika seseorang meninggal, kita “diajarkan” oleh masyarakat kita untuk sedih. Ketika mendapat bonus dari perusahaan, kita “diajarkan” untuk menjadi senang, bahkan mengadakan pesta dengan keluarga dan sahabat. Emosi dan perasaan, serta cara kita memaknai dan menanggapi berbagai peristiwa dalam hidup kita, bukanlah sesuatu yang alamiah, melainkan bentukan dari masyarakat kita.

Jadi, ketika kita sedih, bukan karena suatu peristiwa membuat kita sedih, tetapi karena kita “diajarkan” untuk sedih, ketika mengalami peristiwa semacam itu. Dan sebaliknya, ketika kita senang, bukan karena suatu peristiwa membuat kita senang, tetapi karena kita “diajarkan” sejak kecil untuk merasa senang, ketika mengalami peristiwa tersebut. Inilah yang disebut sebagai “program” yang membuat seluruh batin kita tidak bebas untuk memahami dunia apa adanya. De Mello bahkan menyebutnya sebagai proses cuci otak, bahkan hipnosis.

Apa dampak “program” ini bagi hidup kita? Kita menjadi tidak stabil. Emosi kita diombang ambingkan oleh berbagai peristiwa. Kita menjadi begitu reaktif terhadap berbagai peristiwa. Pendek kata, kita tidak akan pernah menemukan kedamaian, selama kita belum sadar akan “program-program” yang ada di kepala kita. Kita akan terus hidup dalam penderitaan dan kesenangan sesaat yang bersifat semu.

Padahal, manusia, sejatinya, yakni sebelum ia “diprogram” (atau dihipnosis dan dicuci otaknya oleh masyarakat), adalah mahluk yang bebas dan bahagia. (Rousseau, 1979) Kita semua sejatinya adalah mahluk yang berbahagia. Lihatlah anak kecil, sebelum ia “diprogram” oleh keluarga maupun komunitasnya. Ia begitu bahagia. Ia melihat dunia apa adanya, menerima semua apa adanya, tanpa penilaian, tanpa ketakutan, tanpa kecemasan. Ia menjalani hidup apa adanya, tanpa harapan dan ketakutan yang berlebihan.

Yang kita perlu lakukan untuk mencapai kebebasan batin adalah menyadari semua “program” yang telah ditanamkan pada kita sepanjang hidup kita. Ada “program” lama yang kita terima, sewaktu kita kecil. Ada “program” baru yang baru saja kita terima dan melekat di dalam diri kita, karena beberapa peristiwa yang kita alami. Kita tidak boleh melawan “program” itu. Cukup disadari saja. Ketika “program” ini dilawan, kita justru akan semakin menderita, dan terjebak pada “program” baru lainnya.

Saya beri contoh sederhana. Beberapa hari yang lalu, kaki saya terbentur meja. Sakit sekali. Biasanya, ketika saya belum menyadari “program” saya, saya akan marah dan bahkan memaki meja itu. Karena marah, sakit di kaki pun lalu semakin bertambah. Dalam hati, saya menyadari, bahwa “marah karena terbentur meja” adalah “program” yang saya miliki, berkat didikan dan pengalaman selama bertahun-tahun. Kesadaran ini membuat saya tenang. Saya tidak lagi marah.

Kaki tetap memar dan sakit, tetapi itu tidak lagi menjadi masalah buat saya. Tinggal diobati saja, lalu semua beres. Tidak perlu marah. Tidak perlu sedih. Tidak perlu frustasi. Cukup disadari dari diamati saja semua “program” yang bercokol di kepala kita. Jangan dilawan. (Sudrijanta, 2012)

Kata menyadari dan mengamati diri menjadi amat penting disini. Di dalam bukunya yang berjudul Die Kunst sich selbst auszuhalten, Ein Weg zur inneren Freiheit, Michael Bordt berpendapat, bahwa pengamatan diri (Selbstbeobachtung) dan persepsi diri (Selbstwahrnehmung) adalah kunci untuk menjalani hidup yang bermakna, yakni hidup yang bebas. (Bordt, 2013) Hal ini memang sulit, karena kita diajak untuk keluar dari keramaian dunia, dan melakukan pengamatan diri atas diri kita sendiri, guna sampai pada kesadaran. Banyak orang menghindarinya, sehingga mereka tetap hidup dalam pola berayun “senang sesaat” dan “sedih mendalam”.

 

Peran Kesadaran Diri

 


Apa yang diajarkan oleh De Mello dan Bordt adalah inti dari kebebasan itu sendiri, yakni kebebasan batin. Kebebasan politis, kebebasan ekonomis, dan kebebasan kultural tidak ada artinya, jika orang tidak mencapai kebebasan batin. Kebebasan batin memiliki nilai pada dirinya sendiri. Namun, ia tidak muncul dari usaha manusia untuk mengejar “ide tentang kebebasan batin”, melainkan dari upaya manusia untuk menjadi sadar akan keterkondisiannya, yakni akan “program-program” yang bercokol di dalam dirinya, yang membuatnya sensitif dan tak bahagia di dalam menjalani hidup.

Sudrijanta juga mengingatkan, bahwa kata “kesadaran” disini haruslah dipahami secara tepat. (Sudrijanta, 2012) Kesadaran bukanlah kesadaran pengetahuan yang berpijak pada kemampuan intelejensi manusia (consciousness), melainkan kesadaran yang bersifat eksistensial dan mistikal (awareness). Kesadaran intelektual (consciousness) berguna untuk memahami alam dengan kaca mata filsafat atau ilmu pengetahuan. Sementara, kesadaran eksistensial (awareness) adalah inti dari kebebasan batin.

Dengan kesadaran eksistensial, kita lalu bisa menjadi diri kita apa adanya, yakni diri yang bahagia (bukan senang sesaat). Kita pun bisa melihat dunia apa adanya, tanpa penilaian yang menghasilkan harapan berlebihan, atau justru kekecewaan yang mendalam. Ingatlah, bahwa “kesedihan” dan “kesenangan” adalah bentukan dari “program-program” yang kita dapatkan dalam hidup kita. Itu bukanlah kenyataan yang sejati, melainkan hanya emosi sesaat yang datang dan pergi dalam sekejap mata. Ia semu dan palsu.

Implikasinya

Pada titik ini, kita bisa merumuskan ulang apa arti pendidikan dalam hidup manusia. Pendidikan adalah proses untuk mencapai pencerahan, dan pencerahan adalah kebebasan batin itu sendiri. Maka, pendidikan dapat dilihat sebagai proses untuk menyadari “program-program” di dalam diri kita yang menentukan cara kita merasa, cara kita berpikir, bahkan cara kita hidup. Pendidikan adalah penyadaran, atau “deprogramisasi”.

Apakah paham tentang kebebasan ini terlalu individualistik? Apakah ia tidak punya dampak politis untuk perbaikan kehidupan bermasyarakat? Apakah paham kebebasan batin ini hanya merupakan pelarian semata dari hidup di dunia politik dan ekonomi yang penuh dengan kekejaman dan ketidakadilan? Apakah paham kebebasan batin ini hanya merupakan selubung dari sikap pengecut akan dunia?

Saya menjawab semua pertanyaan itu dengan satu kata, yakni tidak. Justru sebaliknya, kebebasan batin memiliki dampak politis yang lebih besar dari semua teori filsafat politik lainnya. Ia melepaskan orang dari fanatisme pada paham tertentu (organisasi-organisasi teroris), sehingga ia bisa berpikiran terbuka. Ia juga melepaskan sikap keras kepala pada paham tertentu yang menutup jalan bagi semua dialog untuk mencapai perdamaian (misalnya antara Israel dan Palestina, atau perang di Suriah). (Margalit, 2010) Semua teori ekonomi, filsafat ataupun politik yang masih dibebani oleh “program-program” masa lalu justru menghambat perdamaian, dan menghasilkan ketegangan maupun konflik lainnya.

Sebagai pribadi, kita pun bisa dengan hati yang ringan dan damai ambil bagian dalam memperbaiki masyarakat kita. Kita tidak lagi dibebani oleh kepentingan diri dan kebutuhan akan nama baik atau ketenaran. Kita “sudah selesai” dengan hal-hal semacam itu. (Wattimena, 2013) Kita akan menjadi manusia yang murni yang siap menyelesaikan masalah-masalah hidup dengan tenang dan efektif, baik masalah pribadi maupun masalah bersama. Tidak ada yang lebih praktis dan politis daripada kebebasan batin!!

 

Baik sobat hypno, sepertinya pembahasan tersebut di atas ini terlalu serius hingga dahi mengernyit.  Mari kita lanjutkan pembahasan perihal kebebasan batin dengan bahasa yang lebih santai namun tetap edukatif.

Di bagian akhir artikel ini, penulis ingin menjelaskan sedikit tentang korelasi hipnoterapi  sebagai modalitas (metode) untuk mencapai kebebasan batin.

 

 

Korelasi Hipnoterapi dan Kebebasan Batin

Hipnoterapi dan kebebasan batin memiliki korelasi yang sangat erat. Hipnoterapi, sebagai sebuah teknik yang memanfaatkan kondisi relaksasi dalam untuk mengakses pikiran bawah sadar, dapat menjadi alat yang ampuh untuk mencapai kebebasan batin.

Bagaimana Hipnoterapi Membantu Mencapai Kebebasan Batin?

1.    Mengakses Pikiran Bawah Sadar:

o    Mengungkap Akar Masalah: Hipnoterapi memungkinkan kita untuk menggali jauh ke dalam pikiran bawah sadar untuk mengidentifikasi akar masalah yang menyebabkan kecemasan, ketakutan, atau pola pikir negatif yang menghambat kebebasan batin.

o    Memrogram Ulang: Setelah akar masalah teridentifikasi, hipnoterapi dapat digunakan untuk memprogram ulang pikiran bawah sadar dengan sugesti positif dan konstruktif, sehingga mengubah pola pikir dan perilaku yang tidak sehat.

2.    Meningkatkan Kesadaran Diri:

o    Memahami Diri Sendiri: Hipnoterapi membantu kita untuk lebih memahami diri sendiri, nilai-nilai, dan tujuan hidup.

o    Meningkatkan Kecerdasan Emosional: Dengan meningkatkan kesadaran diri, kita dapat mengelola emosi dengan lebih baik dan membangun hubungan yang lebih sehat dengan diri sendiri dan orang lain.

3.    Mengurangi Stres dan Kecemasan:

o    Relaksasi Mendalam: Hipnosis menciptakan keadaan relaksasi yang mendalam, mengurangi tingkat stres dan kecemasan.

o    Mengatasi Trauma: Hipnoterapi dapat membantu mengatasi trauma masa lalu yang sering menjadi sumber kecemasan dan ketakutan.

4.    Meningkatkan Kreativitas:

o    Membuka Potensi: Hipnosis dapat membuka potensi kreatif yang terpendam, memungkinkan kita untuk mengeksplorasi ide-ide baru dan menemukan solusi yang inovatif.

5.    Mempercepat Proses Penyembuhan:

o    Membantu Tubuh dan Pikiran: Hipnoterapi dapat mempercepat proses penyembuhan fisik dan emosional, membantu kita untuk pulih dari penyakit atau trauma lebih cepat.

Hal yang Perlu Dipertimbangkan

  • Terapis yang Berkualifikasi: Pastikan Anda memilih terapis hipnosis yang memiliki lisensi dan pengalaman.
  • Ekspektasi Realistis: Hipnoterapi bukan solusi instan, tetapi merupakan proses yang membutuhkan waktu dan komitmen.
  • Kolaborasi: Keberhasilan hipnoterapi sangat bergantung pada kerjasama antara terapis dan klien

Intinya sobat hypno, keberhasilan hipnoterapi sebagai suatu modalitas teraupetik menuju kebebasan batin, bebas dari kecemasan adalah berproses. Ada ruang kolaborasi elemen terapis, klient dan juga tentu saja waktu, penting untuk bijak memahaminya. 

 

Penulis : Hypno Care Center Official

| Hipnoterapi Anak Mau Makan Nasi Makassar | Hipnoterapi Anak Makassar | Hipnoterapi Anak Tantrum Makassar | Tempat Praktik Hipnoterapi | Terapi anak di makassar | Hipnoterapi makassar | Hipnotrapi makassar

 

Referensi :

 

·        https://rumahfilsafat.com/2014/06/28/mencapai-kebebasan-batin/

 

·        https://www.wordonfire.org/articles/the-false-god-of-absolute-freedom/

 

·        https://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor/article/viewFile/6480/5041